Beberapa orang tahu kapas tapi tidak pernah menyaksikan kapuk (Ceiba petandra), atau justru tidak dapat membandingkannya. Di periode lalu, Java jera atau kapuk Jawa jadi komoditi unggulan dan penyuplai kapuk penting karena penuhi 85 % keperluan dunia. Namun, komoditi penting ini sudah tergilas jaman. Mungkinkah bangun kembali?
Pegunungan Muria Jawa tengah pada zaman 1970 sampai 1980-an, lerengnya penuh tumbuh pohon randu. Bila randu mulai berbunga, itu tanda kehadiran musim penghujan apabila kulit buah pohon yang serupa jagung itu mulai pecah dan jatuh ke tanah, itu bertanda musim kemarau selekasnya tiba.
Angin akan menerbangkan kapuk yang enteng itu ke udara seperti salju yang melayang-layang. Saat itu, randu gampang diketemukan di tepi jalan di sejumlah kota di Jawa tengah seperti Kudus, Pati, Jepara dan berjajar sampai jalanan dusun. Dusun Trungkal, Tayu, Bangsri, Karaban sampai Juwana di Pati sarat dengan randu.
Di sejumlah bukit sampai gunung Muria, randu ditanamkan selainnya untuk buah kapuknya, pohon peneduh untuk tanaman di bawahnya. Randu berperan sebagai pencegah erosi di lereng-lereng gunung. Beberapa jalan di Bogor, Jawa Barat, sempat juga sarat dengan pohon randu sejauh jalannya.
Pohon randu ialah tanaman multi-fungsi. Buahnya jadi kapuk pengisi kasur, seratnya yang kasar menjadi material dasar matras, susunan dalam jas hujan, bahan penahan panas dan peredam suara. Biji buahnya yakni klentheng dibuat jadi minyak pelumas dan minyak lampu.
Bungkil biji dapat digunakan untuk pakan ternak. Warga Filipina dan Thailand benar-benar menyenangi daun, bunga dan buahnya yang masih terbilang muda sebab bisa dikonsumsi. Daun mudanya banyak terkandung kalsium. Kulit buahnya kerap jadi bahan bakar untuk mengolah. Daun, akar pohon randu dapat dibikin pereda diare dan sebagainya dengan rebusnya.
Sentra-sentra pemroduksi kapuk seumpama dusun Karaban, Kecamatan Gabus, Pati, di mana kapuk jadi mata pencarian khusus, warga setiap hari repot dengan mengambili kapuk yang masak dan jatuh ke tanah. Apabila sudah terkumpul mereka akan repot dengan mesin pres. Kapuk yang telah dipres itu dikirimkan ke pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Warga di beberapa pulau itu memerlukan kapuk dari Jawa sebagai bahan untuk membikin kasur. Dahulu, pasar lokal selalu menunggu kapuk asal Pati itu dan tentu saja jangan lupakan harga pohon kamboja fosil yang sangat murah.
Tidak itu saja, Indonesia mengekspor bungkil biji kapuk . Maka biji kapuk yang telah dibuat jadi minyak pelumas itu tinggalkan ampas. Ampas ini selanjutnya dibikin bersih dan diproses kembali dengan beberapa perasa hingga jadi pakan ternak. Negara seperti Korea Selatan datangkan pakan ternak berbahan bungkil biji randu dari Indonesia sampai sekarang ini.
Di Indonesia, pohon randu yang tahan pada cuaca kering ini lebih banyak diketemukan di sejumlah kota yang telah disebutkan sebelumnya (Kudus, Pati dan Jepara), Mojotengah, Pasuruan, Jawa Timur. Di sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Filipina, Malaysia, dan Thailand, pohon kapuk randu banyak juga diketemukan. Negara asal kapuk ialah Amerika Selatan.
Berlainan dengan pohon kapas yang disebut perdu dan tingginya tidak lebih dari 2 mtr., pohon randu tinggi membubung tanpa cabang dan dapat capai 60 -70 mtr. dan dengan diameter 1- 3 mtr.. Bila jadi tanaman budidaya, pohon randu cuman capai 10-30 mtr. dan dengan diameter lebih kecil. Akar kapuk membentang horizontal di atas tanah. Terkadang di tangkai pohonnya tumbuh duri. Kapuk dan biji kapuk punyai kandungan minyak tinggi dibandingkan kapas dan memiliki serat lebih kasar dibandingkan kapas. Karenanya kapas lebih pas untuk bahan baju, dan kapuk untuk kasur.
Pohon randu berbuah sesudah 4-5 tahun tumbuh dan punyai nilai ekonomis sejauh 60 tahun periode hidupnya. Tumbuh subur di daerah yang punyai ketinggian optimal 500 mtr. dari permukaan tanah dan bercurah hujan 1500- 2000 mm / tahun.
Keperluan Dunia Pada Biji dan Bungkil Randu akan Naik
Kapuk Jawa mulai ditanamkan pada periode penjajahan Belanda yakni sekitaran 1900-an. Di tahun 1928 mulai dikirimkan ke sejumlah negara. Capai pucuknya di tahun 1936-1937 di mana kapuk Jawa sanggup penuhi 85% keperluan dunia. Tandingan intinya ialah kapuk dari Thailand.
Di saat Indonesia merdeka, sampai zaman tahun 1990-an, kapuk Jawa masih berproduksi secara baik untuk pasar lokal. Mereka memakainya khususnya sebagai kasur tidur. Tetapi pada zaman 2000-an, di mana industrialisasi ada pada periode pucuk, keperluan warga pada kapuk Jawa berangsur turun. Bila dahulu warga banyak menggunakan kasur dari kapuk, sekarang mereka lebih suka kasur berbahan dasar busa dan pegas.
Beberapa petani mulai malas menanam kapuk khususnya karena ia cuman dapat dipanen sekali dalam satu tahun, walau Balai Riset Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) Balitbangtan Kementrian Pertanian masih rajin mengenalkan bibit-bibit unggul kapuk Jawa. Petani di Gabus, Pati, dan pemroduksi Bonsai randu Varigata yang lain sekarang lebih sukai menanam tanaman angin-anginan seperti ketela pohon atau palawija yang lain karena bisa lebih cepat datangkan uang dibandingkan randu.
Semenjak itu banyak tangkai pohon randu ditebang untuk bahan khusus pembuatan rumah warga. Warga tak lagi gantungkan hidupnya pada produksi pohon randu. Pabrik pemrosesan biji randupun alami pengurangan produksi dan banyak yang stop beroperasi. Bila tahun 1990-an produksi kapuk randu dapat capai 80 ribu ton dengan nilai exportnya capai 28 ribu ton /tahun, karena itu di tahun 2012 nilai export itu turun tajam jadi cuman 1500 ton /tahun saja.
Kemungkinan periode emas pohon randu sudah berakhir, tetapi belumlah usai. Industri ini masih prospektif untuk bangun kembali. Kapuk randu masih dibutuhkan untuk industri bahan kedap suara dan bahan yang lain yang perlu penahan cuaca, khususnya karena seratnya yang lebih kuat dibandingkan kapas. Minyak pelumas dari biji randu dan bungkilnya juga masih ditunggu dunia untuk selekasnya dibuat secara besar. (K-CD)