Periode remaja dikenali sebagai periode peralihan, di mana kenal kembali kita menyaksikan peralihan dari rekan atau diri kita, dari performa fisik, pertemanan, kesukaan, sampai pedoman hidup sekalinya. Peristiwa ini benar-benar lumrah, karena di usia berikut kita sedang dalam penelusuran mendapati jati diri.
Mengenali 4 Style Identitas Dalam Pembangunan Jati Diri
Dalam psikologi, rupanya proses penemuan jati diri ini benar-benar sangat ditelaah, loh. Nach, apa sich beberapa hal bagus yang pantas kita kenali? Baca secara lengkap di artikel ini, yok!
Table of Contents
– Apakah itu Jati Diri atau Identitas?
– Identity versus. Role Confusion
– Bagaimana jati kita tercipta?
– 4 Tipe Style Identitas
– 1. Difusi
– 2. Foreclosure
– 3. Moratorium
– 4. Achievement
– Kenapa mempunyai jati diri itu wajib?
– Apa yang bisa dilaksanakan saat hadapi kritis identitas?
Apakah itu Jati Diri atau Identitas? [/H2]
Identitas, disebutkan jati diri, ialah penglihatan subyektif yang kita punyai pada diri kita. Jati diri ialah bagaimana kita mendeskripsikan diri kita dalam aspek tertentu, seperti nilai-nilai yang kita anut, personalitas kita, keyakinan kita, dan faktor yang lain.
Identitas yang telah tercipta condong konstan dan unik, di mana tidak ada 2 orang dengan identitas yang serupa tepat.
Identity versus. Role Confusion [/H2]
Anak psikologi tentu tidak asing dengan 8 Tingkatan Psikososial Erikson. Teori ini memvisualisasikan beberapa tahapan perubahan yang dilewati tiap orang saat lagi mereka berkembang sejauh hidupnya. Masing-masing tingkatan memiliki rintangannya tertentu dan tiap pribadi harus sukses lewat rintangan itu untuk dapat tumbuh dengan maksimal.
Nach, identity versus. role confusion sebagai tingkatan ke-5 yang umumnya dirasakan oleh remaja berusia 12-18 tahun. Di tingkatan ini, remaja sedang gencar mempelajari untuk mendapati jati diri mereka. Oleh karena itu, sering peralihan-perubahan mencolok dari remaja bisa diketemukan di babak ini.
Di tingkatan ini, remaja menanyakan nyaris segala hal dalam dianya, dari performa fisiknya, beberapa pilihan berkaitan hubungan pertalian cinta, pengajaran, tugas, seksualitas, personalitas, dan beberapa hal yang lain.
Perselisihan atau rintangan yang perlu mereka tuntaskan ialah mendapati jati diri dan berasa nyaman akan identitas itu. Kesuksesan menuntaskan rintangan ini akan berbuntut pada terciptanya jati diri yang kuat dan condong konstan sejauh hidupnya.
Sementara, ketidakberhasilan dalam tingkatan ini akan ke arah pada kritis identitas atau yang disebutkan role confusion. Remaja dengan kritis identitas:
– Mempunyai jati diri yang kurang kuat, hingga gampang dikuasai oleh beberapa faktor external
– Kesusahan menerangkan mengenai dianya ke seseorang
– Berasa tidak percaya pada dirinya
– Berasa sedih dan kebingungan akan tempatnya dalam kehidupan ini
Kritis identitas bisa terjadi bila pribadi tidak didiamkan mengeksploitasi dunianya sendiri sejak dari kecil. Dalam kata lain, orangtua atau lingkungan yang terlampau mengungkung dan arahkan tanpa memberikan ruangan eksploitasi berdikari lebih rawan hasilkan remaja-remaja dengan kritis identitas.
Bagaimana jati kita tercipta? [/H2]
Jati diri tercipta dari kombinasi di antara factor intern (genetik, personalitas, dan lain-lain) dan external (sekolah, rumah, beberapa orang disekitaran, dan lain-lain). Identitas seorang remaja berkembang saat mereka coba beragam jenis peranan di lingkungan yang berbeda seperti sekolah, rumah, dan sekitar lingkungan. Ini memberikan peluang untuk mengeksploitasi nilai-nilai, keyakinan, norma, religiusitas, dan seksualitas mereka sendiri.
Menurut Erikson, uji cobatasi remaja dengan peranan, kegiatan, dan sikap yang berbeda penting agar bisa membuat identitas yang kuat.
4 Tipe Style Identitas [/H2]
Riset dalam psikologi mendapati 4 tipe style identitas yang biasa dilewati remaja pada proses penelusuran jati dianya.
1. Difusi
Style identitas Difusi menerangkan remaja yang serupa sekali tidak mengeksploitasi atau memiliki komitmen pada satu identitas. Masa ini umum dirasakan oleh anak-anak yang belum masuk periode remaja atau remaja awalnya, karena kesadaran yang rendah dan minimal pengalaman berkaitan eksploitasi identitas.
Biasanya, beberapa remaja akan keluar masa difusi ini saat mereka hadapi oleh beragam jenis opsi dan pengalaman yang memberi peluang untuk mengeksploitasi diri.
Mereka yang terus menerus ada di masa ini kemungkinan tenggelam tanpa arah hidup dan mempunyai sedikit jaringan pada sekitar lingkungan. Mereka condong gampang dikuasai, memiliki self-esteem yang rendah dan mempunyai sedikit persahabatan yang memiliki arti dalam kehidupannya.
2. Foreclosure
Style identitas Foreclosure dipunyai oleh remaja yang berkomit di suatu identitas tanpa lakukan eksploitasi diri. Ini umum dirasakan remaja yang alami penekanan dari sekitar lingkungan, terhitung harapan dari keluarga atau budaya di tempat. Sering mereka dengan style identitas foreclosure berasa kuatir akan ketidakjelasan dan peralihan yang terjadi di periode remaja, hingga langsung berkomit pada satu identitas tanpa cari tahu peluang yang lain jadi comfort zona mereka.
Sama dengan style identitas awalnya, remaja akan keluar babak foreclosure saat mereka berpeluang mengeksploitasi beberapa pilihan dalam kehidupannya. Tetapi, kadang babak ini bertahan sampai dewasa. Ini bisa terjadi bila orangtua selalu membuat keputusan untuk anak mereka tanpa memberikan peluang untuk anak membuat opsi sendiri. Dalam kasus lain nya, si remaja kemungkinan benar-benar menyukai orangtua atau seseorang hingga ingin ikuti tapak jejak hidup mereka tanpa menyaksikan peluang yang lain.
Pribadi yang kelamaan ada di style identitas foreclosure condong mempunyai tingkat toleran yang rendah dan kesusahan hadapi peralihan, semakin nyaman jadi penganut, dan mempunyai orangtua dengan style parenting otoriter.
3. Moratorium
Remaja dengan style identitas Moratorium sedang aktif lakukan eksploitasi diri tanpa memiliki komitmen pada satu identitas. Baiknya, sebagian besar remaja tentu melalui babak ini.
Babak ini kerap kali dirasakan saat remaja sedang bersekolah atau berkuliah, karena di lingkungan berikut mereka berjumpa beberapa orang baru dan ditempatkan pada beragam jenis opsi dalam kehidupan. Di babak ini, ada beberapa pertanyaan mengenai jati diri.
Siapa saya sebetulnya? Apa hal yang menurutku penting dalam kehidupan ini? Apa yang saya harapkan dalam kehidupan?
Karena jumlahnya pertanyaan yang ada dan cuman sedikit yang terjawab, babak ini memunculkan kekhawatiran untuk beberapa remaja. Oleh karena itu, normal untuk mereka untuk melawan, tidak kooperatif, dan mempunyai ketidakjelasan akan opsi-pilihannya di babak ini.
4. Achievement
Style identitas Achievement baiknya tercipta sesudah remaja ada dalam babak moratorium. Remaja yang telah lakukan eksploitasi diri, mendapati arah hidupnya, dan siap memiliki komitmen pada identitas itu dipastikan ada dalam babak identity achievement.
Mereka yang telah tiba pada babak achievement rasakan self-acceptance, mempunyai identitas yang konstan, dan memiliki komitmen pada identitas itu.
Kenapa mempunyai jati diri itu wajib? [/H2]
Memiliki komitmen pada satu identitas akan membuat remaja berasa optimis serta lebih bertanggungjawab akan beberapa pilihan dalam kehidupannya. Mereka akan berasa mempunyai kontrol lebih pada hidupnya karena kepercayaan dan kepastian yang tercipta dari jati diri itu.
Tetapi, juga penting untuk mengetahui jika kehidupan manusia tidak statis, dan ada saatnya kita menanyakan kembali identitas kita bersamaan pertambahan usia dan pengalaman dalam kehidupan. Kemungkinan penemuan jati diri ini tidak stop di periode remaja saja, dan ada saatnya pribadi kembali ada dalam transisi difusi, foreclosure, dan moratorium dalam kehidupan sesudah remaja hingga kemudian kembali ke status achievement kembali.
Apa yang bisa dilaksanakan saat hadapi kritis identitas? [/H2]
Disaat sedang berenang-renang cari jati diri dan menanyakan diri kita, ‘aku ini siapa?’, ada banyak panduan ringkas yang bisa kamu kerjakan saat hadapi kritis ini.
– Eksplor ketertarikan dan talentamu. Hal apa yang memikat perhatianmu? Hal apa yang tak lagi kamu gemari? Mengeksplor ketertarikan talenta sebagai satu langkah untuk ketahui diri kamu dengan lebih bagus.
– Pikirkan goals-goals kamu. Apa yang ingin kamu raih dalam kehidupan? Apa yang memberimu ketenangan dan kebahagiaan? Kritis identitas bisa saja satu tanda jika ada keperluanmu yang belum tercukupi. Ketahui apa arahmu dalam kehidupan sebagai langkah awal penuhi keperluan-kebutuhan itu.
– Mendekatkan dengan dukungan system-mu. Kritis identitas sebagai saat yang penting di mana kamu rawan pada dampak-pengaruh di luar. Oleh karena itu penting untuk mendekat dengan beberapa orang yang perduli dengan kebaikanmu supaya tidak salah arah dan masih tetap ada di jalan yang benar dan baik.
kunjungi juga konsultan hipnoterapi