Bupati Jepara Ajak Lestarikan Penyu di Karimunjawa

JEPARA, Sejarah Taman Nasional Karimunjawa tak lepas dari salah satu Walisongo, yaitu Sunan Muria. Anaknya yang bernama Syekh Amir Hasan atau yang dikenal sebagai Sunan Nyamplungan pernah dibuang di wilayah kepulauan yang berada di utara Pulau Jawa karena sosoknya yang dianggap nakal. Lain hal, Sunan Muria yang selalu memandangi kepulauan tersebut dari kejauahan hanya berkata “kremun-kremun soko Jowo” yang berarti “samar-samar dilihat dari Jawa”. Hingga akhirnya istilah tersebut melekat menjadi Karimun Jawa.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA No. SK 28/IV-SET/2012 tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa, kawasan ini dibagi menjadi 9 zona. Diantaranya zona inti, zona rimba, zona perlindungan bahari, zona pemanfaatan darat, zona pemanfaatan wisata bahari, zona budidaya bahari, zona religi, budaya dan sejarah, zona rehabilitasi dan zona tradisional perikanan. Karimunjawa ditetapkan sebagai taman nasional pada tanggal 29 Februari 1986, tetapi waktu itu statusnya lebih dikenal sebagai Kawasan Pelestarian Alam.

Dian Kristiandi selaku Bupati Jepara bersama siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melepaskan ratusan tukik (anak penyu) di Pantai Cemara, Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa pada Sabtu (12/3). Kegiatan ini sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem di wilayah setempat.

“Selain untuk menjaga kelestarian penyu, kegiatan pelepasan tukik juga dinilai dapat menciptakan ekosistem laut yang lebih sehat dan membantu menjaga keseimbangan lingkungan di pesisir pantai maupun laut,” tuturnya kepada wartawan berita jepara hari ini lingkarjateng.id 

Ia menjelaskan, enam dari tujuh spesies penyu yang tersisa di dunia berada di Indonesia. Diantaranya yaitu penyu belimbing, penyu hijau, penyu tempayan, penyu pipih, penyu sisik, dan penyu lekang atau penyu abu-abu. 

“Dari enam jenis penyu yang ada di Indonesia, dua diantaranya ada di Karimunjawa yaitu penyu sisik dan penyu hijau,” jelasnya.

BACA JUGA  Apa Itu Skincare? Pria Wajib Pake!

Ia menjelaskan, melalui program Penetasan Semi Alami yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional (BTN) Karimunjawa sejak tahun 2003, setidaknya mampu menyelamatkan jumlah populasi dari kepunahan, serta menghindarkan ancaman dari predator alami maupun manusia. 

“Secara keseluruhan jumlah populasi penyu di Karimunjawa antara 200 hingga 500 ekor. Dan diharapkan setelah mereka dewasa nanti akan kembali ke Karimunjawa untuk bertelur,” harapnya.

Baca Juga : rekomendasi tempat wisata jepara terbaru 2022

Oleh karena itu, Bupati Jepara mengungkapkan bahwa perlu ditanamkan rasa cinta terhadap lingkungan, termasuk untuk menjaga ekosistem hewan yang dilindungi sejak usia dini.

“Untuk itu kami mengajak anak-anak ini melepaskan tukik ke alam liar sebagai edukasi pendidikan mereka dalam menjaga ekosistem alam,” tuturnya.

Dalam acara tersebut, setidaknya ada sekitar 200-an tukik jenis penyu sisik yang dilepaskan di Pantai Cemara. Sebelumnya, Bupati Jepara juga melakukan kegiatan yang sama di Pulau Parang, Karimunjawa. (Lingkar Network | Koran Lingkar)